Kilasindo.com – Hasil survei nasional elektabilitas pasangan capres dan cawapres jelang Pilpres 2019 dirilis Center for Strategic and International Studies (CSIS).
Menurut hasil survei CSIS yang diikuti 1.960 responden dari 34 provinsi tersebut, pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Maruf Amin meraih elektabilitas 51,4 persen, unggul 18,1 persen dari Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang meraih 33,3 persen.
“Sementara yang belum menentukan pilihan 1,2 persen dan tidak jawab atau rahasia sebesar 14,1 persen,” kata peneliti CSIS, Arya Fernandes, Kamis (28/3/2019).
Arya mengatakan, 20 hari jelang Pilpres 2019, basis suara kedua paslon sudah sangat mantap pada pilihannya.
Di kubu Jokowi-Maruf Amin, sebanyak 84,4 persen pemilihnya menyatakan sudah sangat mantap pada pilihannya. Sedangkan 15,6 persen masih ragu-ragu atau masih bisa berpindah.
Baca juga: Dinilai Kinerja Baik, Jokowi Didukung Relawan Buruh
Di kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, sebanyak 81,3 persen pemilihnya menyatakan sangat mantap, dan 18,7 persen lainnya masih bisa berpindah.
“Sehingga kemungkinan adanya migrasi suara dari satu paslon ke paslon lain dalam jumlah besar sulit terwujud,” ujarnya.
Survei yang dilaksanakan pada 15-22 Maret 2019 itu menggunakan metode multistage random sampling dengan margin of error sekitar 2,21 persen, dan tingkat kepercayaan 95 persen.
“Dalam melaksanakan survei kami lakukan dengan pertemuan tatap muka langsung dan mengajukan kuesioner, jadi bukan survei internet atau telepon,” jelasnya.
“Survei ini juga didanai secara mandiri dari Yayasan CSIS,” lanjut dia.
Tidak Independen
Sebelumnya, Fadli Zon, anggota Dewan Pengarah Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, tidak ambil pusing soal hasil survei Charta Politika.
Teranyar, hasil survei CSIS menempatkan pasangan Jokowi-Maruf Amin unggul 53,6 persen dari pasangan Prabowo-Sandi yang hanya 35,4 persen.
Baca juga: Pemkot Bekasi Akan Tambah 2 Rumah Sakit Tipe D bagi Warga
Menurut Fadli Zon, lembaga survei Charta Politika tidak memiliki kredibilitas dalam menggelar survei, karena tidak menyatakan diri independen.
“Ya survei-survei itu seperti saya sering katakan itu tak kredibel. Mereka itu merupakan klien dan punya hubungan dengan paslon, kecuali mereka mengatakan independen,” kata Fadli Zon, Selasa (26/3/2019).
Lembaga survei yang merangkap menjadi konsultan politik salah satu pasangan calon tersebut, menurut Fadli Zon, dapat menjadi predator demokrasi.
Karena, katanya, mereka dibayar oleh salah satu pihak untuk menggelar survei. Sehingga, menurutnya ada konflik kepentingan dalam setiap survei yang digelar.
“Jadi mereka dibayar menjadi konsultan politik, dan yang dikerjakan itu adalah survei. Jadi survei ini satu manipulasi, karena mereka bekerja untuk keuntungan, bukan bekerja secara independen,” imbuhnya.
Lembaga-lembaga survei tersebut, menurut Fadli Zon, kini sudah tidak bisa dipercaya. Banyak hasil survei yang menurutnya meleset dari realita di lapangan, salah satunya saat Pilgub DKI Jakarta 2017 lalu.
“Lembaga-lembaga survei seperti ini sudah susah dipercaya, dan kegagalannya sudah banyak, di pilkada DKI, Pilgub Jabar, Pilgub Jateng. Menurut saya survei-survei ini sampah-lah,” cetusnya.
Baca juga: Pemkot Bekasi Sediakan Mudik Gratis dari Kemenhub-Dishub Jabar
Hasil Survei CSIS, Jokowi-Maruf Lebih Unggul
Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya merilis hasil survei CSIS terbaru terkait Pilpres 2019. Hasilnya, Jokowi-Maruf Amin lebih unggul dibandingkan pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
“Di pengujian tingkat elektabilitas pasangan Jokowi-Maruf Amin dipilih oleh 53,6 persen, mengungguli pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno 35,4 persen,” kata Yunarto Wijaya, Senin (25/3/2019).
Sedangkan sisanya sebanyak 11 persen responden menjawab tidak tahu atau tidak jawab atas pertanyaan seandainya pemilu presiden dan wakil presiden dilaksanakan hari ini, pasangan manakah yang akan dipilih?
Survei nasional preferensi politik masyarakat oleh Charta Politika Indonesia dilakukan pada 1-9 Maret 2019, melalui wawancara tatap muka secara langsung dengan kuesioner terstruktur.
Jumlah sampel sebanyak 2.000 responden yang tersebar di 34 provinsi. Survei ini menggunakan metode acak bertingkat (multistage random sampling), dengan margin of error kurang lebih 2,19 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Tanda Kekalahan
Respons berbeda ditunjukkan Fadli Zon saat menyikapi hasil survei teranyar Litbang Kompas. Fadli Zon menilai, jika elektabilitas petahana berada di bawah 50 persen, merupakan tanda kekalahan.
“Saya melihat kalau seorang petahana itu sudah di bawah 50 persen, kalau menurut statistik itu di mana-mana itu artinya kalah,” kata Fadli Zon, Rabu (20/3/2019).
Waketum Partai Gerindra itu pun optimistis dalam waktu dekat Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan menyusul elektabilitas Jokowi-Maruf Amin.
Bahkan, dia mengklaim jika merujuk pada hasil survei internal BPN, elektabilitas Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sudah melampaui Jokowi-Maruf Amin. Meskipun, kata Fadli Zon, selisih angka yang terpaut masih tipis.
“Kalau kami sangat optimis bahwa Prabowo-Sandi sekarang leading, dan menurut survei internal kami sudah melampaui petahana sekarang ini,” ujarnya.
Fadli Zon mengungkapkan elektabilitas Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang semakin meningkat, menunjukkan paslon nomor urut 02 itu telah memenangkan hati dan pikiran rakyat.
Sedangkan, kata Fadli Zon, menurunnya elektabilitas Jokowi itu sebagai bukti kekecewaan rakyat terhadap janji-janji calon petahana yang tidak terpenuhi.
“Prabowo-Sandi itu memenangkan hati dan pikiran masyarakat, karena petahana menjanjikan banyak hal tetapi tidak deliver, tidak bisa sesuai dengan apa yang diucapkan atau dengan apa yang dijanjikan,” terangnya.
Survei Litbang Kompas
Survei terbaru yang dilakukan Litbang Kompas pada 22 Februari-5 Maret 2019, memang menunjukkan jarak elektabilitas antara pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Joko Widodo-Maruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, semakin tipis.
Elektabilitas Jokowi-Maruf Amin berada di angka 49,2 persen, sedangkan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno 37,4 persen. Sedangkan sebanyak 13,4 persen responden menyatakan rahasia.
Survei dilakukan melalui wawancara tatap muka dengan melibatkan 2.000 responden, yang dipilih secara acak melalui pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi di Indonesia, dengan tingkat kepercayaan 95 persen, dan margin of error +/- 2,2 persen.
Peneliti Litbang Kompas Bambang Setiawan menuliskan, jarak elektabilitas kedua pasangan calon semakin menyempit, 11,8 persen.
Pada survei Litbang Kompas sebelumnya, Oktober 2018, perolehan suara keduanya masih berjarak 19,9 persen dengan keunggulan suara di pihak Jokowi-Maruf Amin.
Saat itu, elektabilitas Jokowi-Maruf Amin 52,6 persen, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno 32,7 persen, dan 14,7 responden menyatakan rahasia.
“Selama enam bulan, elektabilitas Jokowi-Amin turun 3,4 persen dan Prabowo-Sandi naik 4,7 persen,” tulis Bambang.
Hasil survei ini juga menunjukkan bahwa meski penurunan angka elektabilitas Jokowi-Maruf Amin terlihat sedikit, tetapi memberikan pengaruh signifikan pada jarak keterpilihan.