Denpasar, Kilasindo – Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengapresiasi petani manggis asal Tabanan dan Karangasem, Provinsi Bali, yang berhasil meningkatkan eksportasi manggisnya pada 2019 sebanyak 20,2% dibanding tahun 2018.
Menurut pria yang akrab disapa SYL ini, pertanian Indonesia memiliki kekuatan yang luar biasa Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya ekspor buah tropis, bahkan hampir setiap hari dilakukan.
“Negara di Eropa, Amerika, dan negara-negara Asia lainnya tidak mempunyai buah tropis seperti yang dimiliki Indonesia,” tutur SYL saat memberikan sertifikat phytosanitary untuk 17,5 ton manggis senilai Rp 1,2 miliar dengan tujuan Tiongkok kepada eksportir manggis saat acara Tani Day di Lapangan Renon, Denpasar, Minggu (5/1/2020).
Oleh sebab itu, Mentan yakin masih banyak ruang-ruang yang terbuka bagi masyarakat Indonesia, khususnya bagi para petani, agar dapat dilakukan percepatan dalam hal ekspor dan meningkatkan ekspornya hingga tiga kali lipat.
“Tentu saja tidak seperti membalik telapak tangan. Ini membutuhkan sebuah proses, kebersamaan, butuh budaya baru untuk melahirkan sebuah efektivitas kehidupan Indonesia besok,” katanya.
Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Ali Jamil yang turut hadir mendampingi Mentan SYL saat pelepasan ekspor tersebut menambahkan, data peningkatan berdasarkan data sertifikasi Karantina Denpasar, yakni total ekspor manggis asal Provinsi Bali sebesar 5.621 ton (Rp 910,9 miliar) dibandingkan tahun 2018 yang hanya 4.675 ton. Dengan tujuan ekspor sebagian besar ke Tiongkok.
Sedangkan secara nasional, menurut Jamil, ekspor manggis juga mengalami peningkatan yang signifikan. Pada 2019, ekspor manggis mencapai 32,6 ribu ton atau senilai Rp 3,6 triliun. Dengan tujuan ekspor ke berbagai negara seperti Tiongkok, Hongkong, Singapura, Rusia, UEA, Inggris, dan Italia.
Berdasarkan data yang sama, kinerja ekspor dari Provinsi Bali pada tahun 2019 juga tercatat mengalami kenaikan. Seperti jumlah eksportir komoditas pertanian yang naik 23 %, yaitu sebanyak 507 pelaku usaha dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya berjumlah 413 pelaku usaha. Selain itu, ragam komoditas pertanian yang diekspor juga bertambah sebesar 42,8 %. Sedangkan frekuensi pengiriman juga meningkat sebesar 27%.
Selain melepas ekspor, Mentan SYL juga melihat berbagai komoditas potensial ekspor asal Bali serta menandatangani mobil klinik agro ekspor yang merupakan salah satu layanan Kementan dalam mendekatkan berbagai informasi ekspor, baik komoditas potensial asal daerah maupun syarat SPS (sanitary and phitosanitary) dari negara tujuan ekspor yang harus dipenuhi.
Harapannya dengan layanan tersebut, makin banyak masyarakat yang akan terinspirasi menjadi eksportir baru, sehingga bisa meningkatkan kinerja ekspor di bidang pertanian.
Menurut SYL, potensi pertanian di Bali tidak hanya manggis. Ada juga buah naga dan pepaya yang kini juga mulai diekspor ke mancanegara. Bahkan, saat bertemu Gubernur Bali I Wayan Koster, Mentan berharap Provinsi Bali bisa menjadi lokomotif pertanian Indonesia, sehingga pertanian Indonesia bisa menjadi maju, mandiri, dan modern.
“Dengan intervensi, kemauan, dan teknologi 4.0, Insya Allah Bali jadi lokomotif menarik perjalanan ekspor pertanian besok,” pungkasnya. (RLS/SIR)