Canberra, reportasenews.com – Menjelang momen libur musim panas, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) gencar mempromosikan pariwasata Indonesia di mancanegara. Yang terbaru, Kemenparekraf mengikuti even World Travel Expo Canberra 2020 di Canberra, Australia, yang berlangsung pada 1 Februari sampai 1 Maret 2020.
Kemenparekraf juga membuka booth dalam even Flight Centre Travel Expo yang merupakan rangkaian kegiatan World Travel Expo Canberra 2020 yang berlangsung pada 23 Februari 2020. Flight Centre Travel Expo merupakan pameran perjalanan terbesar di Australia yang dikelola oleh Flight Centre dan dihadiri lebih dari 110 ribu pengunjung.
“Pameran ini bertujuan untuk mempromosikan daya tarik wisata Indonesia, sehingga menjadi referensi bagi masyarakat Australia dalam mencari alternatif tujuan wisata ke luar negeri dan dikunjungi kurang lebih 110 ribu pengunjung pada setiap penyelenggaraannya,” kata Arya Galih Anindita, Kepala Sub Bidang Area Sydney, Melbourne, dan Canberra Kemenparekraf.
Selain itu, menurut dia, pameran tersebut juga menjadi referensi bagi travel agent guna menentukan destinasi hiburan bagi warga Australia ke luar negeri. Sehingga, partisipasi pada pameran ini menjadi penting untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan Australia ke Indonesia.
“Pada tahun 2020 ini, Kemenparekraf berpartisipasi di Flight Centre Travel Expo di tujuh kota yang potensi marketnya besar di Australia, yaitu Sydney, Melbourne, Perth, Adelaide, Brisbane, Canberra, dan Darwin, serta 1 kota di Selandia Baru, Auckland,” terangnya.
Tahun ini Kemenparekraf merupakan kali pertama mengelola langsung kegiatan ini. Sebelumnya, FC Travex dikelola oleh Bali Hotels Association (BHA) dengan partisipasi Kemenparekraf dalam bentuk dukungan booth. “Sesuai persyaratan dari Flight Centre, seluruh peserta Travex harus merupakan preferred partner Flight Centre,” katanya.
Sehari sebelum kegiatan berlangsung, Kemenparekraf bekerja sama dengan Bali Hotel Association (BHA) akan mengadakan breakfast meeting antara sellers dan buyers. Sellers pada acara breakfast meeting ini berbeda dengan sellers pada acara Travel Expo, karena tidak terbatas pada preferred partner Flight Centre, tetapi diikuti juga oleh industri yang tergabung dalam BHA.
“Breakfast meeting ini hanya diadakan di lima kota besar di Australia, yaitu Sydney, Melbourne, Perth, Brisbane, dan Adelaide,” ungkapnya.
Dalam pameran tersebut, Kemenparekraf membawa beberapa pelaku pariwisata dari Bali yang merupakan destinasi favorit bagi warga Australia. “Di pameran ini, kami juga memperkenalkan destinasi lain, salah satunya alat musik tradisional Sasando dari Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan kostum karnaval yang merepresentasikan Kawah Ijen Bayuwangi,” ungkapnya.
Dalam even Flight Center World Expo, booth Indonesia tampak lebih ramai pengunjung dibanding booth dari negara-negara lain. “Animo masyarakat Australia cukup besar untuk mengetahui informasi destinasi-destinasi wisata di Indonesia. Pengunjung antusias mencari informasi destinasi wisata seperti Bali, Yogjakarta, Lombok, Batam, Belitung, Danau Toba, Komodo, Labuan Bajo, dan lain sebagainya,” paparnya.
Menurut dia, pameran di Australia tersebut akan memberikan kontribusi positif di tengah upaya pemerintah meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. “Wisatawan, terutama dari Australia, tidak perlu takut dan khawatir berkunjung ke Indonesia. Indonesia masih aman dan nyaman di kunjungi,” katanya.
Untuk memperkuat promosi pariwisata Indonesia, dia juga mengimbau diaspora Indonesia yang ada di Australia untuk membantu mempromosikan pariwisata Indonesia kepada masyarakat Australia.
Sebab, menurut dia, konektivitas di Indonesia sudah sangat baik. Bahkan, dalam lima tahun terakhir pemerintah sangat fokus membangun destinasi-destinasi wisata baru selain Bali. “Semuanya sudah siap untuk mengakomodir kunjungan wisatawan, terutama dari Australia,” tuturnya.
Tracy, salah seorang pengunjung booth Indonesia, mengatakan Indonesia negara yang cantik dan memiliki budaya yang indah. Meski demikian, dia mengaku informasi yang diperolehnya tentang Indonesia masih sedikit. “Tapi, setelah saya mengunjungi booth ini, saya banyak mendapatkan informasi yang saya butuhkan tentang Indonesia,” katanya.
Tracy mengaku pernah berkunjung ke Indonesia beberapa tahun lalu. Dia yakin Indonesia sudah mengalami banyak perubahan. Itu sebabnya, suatu saat nanti dia ingin berkunjung kembali ke Indonesia. (SIR)