Bekasi, kilasbekasi.id – Stroke menjadi ancaman menakutkan. Gangguan akibat penyumbatan pembuluh darah ini merupakan penyebab kematian ketiga terbesar di dunia, setelah penyakit jantung dan kanker. Sementara di Indonesia, stroke menjadi penyebab kematian nomor satu.
Data Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengungkapkan, pada tahun 2013, prevalensi stroke di Indonesia sebesar 12,1 per 1.000 penduduk. Angka itu naik dibanding riset 2007, yang hanya 8,3 persen.
Yuwono, SpS FINS, menjelaskan stroke terjadi akibat gangguan aliran darah pada pembuluh darah otak. Secara umum, penyakit ini dibagi dua kelompok. Yakni stroke iskemik yang disebabkan pasokan darah ke otak tersumbat. Kedua, hemo-ragik. Stroke ini disebabkan pembuluh darah bocor atau pecah di sekitar otak sehingga menghentikan pasokan darah.
“Stroke terjadi bisa karena gaya hidup tidak sehat, dan faktor usia, ras, jenis kelamin,” ujar dokter dari Rumah Sakit Royal Taruma ini.
Ada beberapa gejala stroke. Umumnya gejala itu berupa melemahnya fungsi badan pada satu sisi tubuh, kanan atau kiri secara mendadak. Ada pula gejala seperti pusing hebat seperti mengalami vertigo. Gejalanya juga bisa berupa gangguan bicara, sampai gangguan kesadaran.
“Dulu orang beranggapan penderita stroke yang masuk rumah sakit, keluar lumpuh atau cacat,” ujar Yuwono
Seiring perkembangan teknologi dunia medis, stroke kini bisa disembuhkan. Yuwono mengatakan jika penderita mengalami serangan stroke sebaiknya segera dirawat. Menurut Guidelines American Stroke Association 2018, penderita stroke akut sebaiknya segera diobati dan ditangani dalam waktu “golden period/golden hour” 24 jam pertama memungkinkan penderita pulih total.
“Sekarang stroke bisa diobati, asalkan penanganannya cepat,” tutur dokter peraih gelar spesialis saraf dari Universitas Hasanuddin, Sulawesi Selatan, kemudian menjalani Fellowship in Interventional Neurology and Stroke (FINS) di New Delhi, India selama satu tahun.
Royal Taruma memiliki penanganan penderita stroke dapat diobati dengan thrombolysis interavena dan atapun menchanical thrombectomy. Dengan tindakan ini, gumpalan yang menyumbat pembuluh darah di otak diambil sehingga aliran darah bisa kembali lancar. Teknik pengobatan ini telah diuji pada pasien stroke di Inggris.
“Mechanical thrombectomy adalah salah satu dari 10 inovasi medis dari dekade terakhir,” ujar Konsultan Neuroradiologist Sanjeev Nayak dari University of North Midlands, seperti dikutip dari Independent.
Royal Taruma memiliki perangkat pendeteksi pembuluh darah di otak bernama Digital Substraction Angiography (DSA). Melalui teknologi ini, kondisi pembuluh darah otak bisa terlihat jelas. Yuwono menyebut DSA adalah teknologi superior di dunia medis. Ada pula CT Scan, pendeteksi pembuluh darah otak menggunakan sinar-X.
Selain itu, Royal Taruma juga memiliki Magnetic Resonance Imaging (MRI). Alat ini bekerja dengan gelombang radio dan magnet. Yuwono menjelaskan dengan pendeteksi berteknologi mutakhir, dokter bisa melihat gambaran lebih terperinci kondisi pembuluh darah di otak.
Bila pada penderita stroke ditemukan penyempitan pembuluh darah yang signifikan (>50%) dapat dilakukan tindakan melebarkan pembuluh darah dengan menggunakan balon (angioplasty) dan ataupun cicin/ring (stenting) yang bertujuan untuk mencegah serangan stroke berikutnya.
“Penanganan stroke secara efektif dapat menyelamatkan nyawa dan mencegah cacat jangka panjang,” ujarnya. (Nurhadi)