Beranda Figur Mayjen TNI Tugas Ratmono, Panglima Perang Melawan Covid-19 di RSDC Wisma Atlet

Mayjen TNI Tugas Ratmono, Panglima Perang Melawan Covid-19 di RSDC Wisma Atlet

Koordinator RSDC Wisma Atlet Mayor Jenderal TNI Dr. dr. Tugas Ratmono Sp.S, MARS, MH. (Ist)

Jakarta, suarabali.com – TNI tak hanya piawai dalam pertempuran melawan pasukan bersenjata. Pada era pandemi Covid-19 yang sungguh mencekam sekarang ini, TNI tak segan terjun langsung, bahkan menjadi garda terdepan memerangi virus Corona yang telah memakan korban jiwa lebih dari 12 ribu orang di negeri ini.

Spot utama pertempuran TNI melawan virus Corona kini berlangsung di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat. RSDC Wisma Atlet sanggup menampung lebih dari 10 ribu pasien Covid-19. Daya tampung itu membuatnya pantas menyandang status sebagai rumah sakit perawatan pasien Covid-19 terbesar di dunia. Sebagai catatan, Sardar Patel Covid Care Center Delhi, India, sebelumnya disebut-sebut sebagai yang terbesar di dunia. Daya tampungnya berkisar 2 ribu hingga 10 ribu pasien Covid-19.

Dengan kapasitas superjumbo, RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, tak pelak menjadi zona perang paling signifikan untuk meredam ganasnya pandemi Covid-19. Bukan hanya di negeri ini, tetapi juga di dunia. Keberhasilan sebuah negara, apalagi Indonesia dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, tentu saja akan menjadi kabar kemenangan bagi penduduk bumi secara keseluruhan. Di sinilah personel kesehatan TNI mengambil peran penting.

RSDC Wisma Atlet Kemayoran terdiri atas 10 tower dengan luas bangunan 468.700 meter persegi di lahan 10 hektare. Wisma Atlet difungsikan sebagai RS Darurat Covid sejak 23 Maret 2020. Saat ini empat tower, yaitu tower 4,5,6, dan 7 digunakan untuk merawat pasien Covid-19 dari yang tanpa gejala, gejala ringan, hingga gejala sedang. Sedangkan tower 1,2, dan 3 digunakan untuk manajemen, administrasi, dan tempat penginapan para petugas.

Pada era modern dan pada masa depan, ancaman perang tak hanya melibatkan kekuatan fisik dan senjata konvensional. Perang biologi dengan senjata virus dan kuman menjadi ancaman nyata. Bahkan, ada yang menyebut bahwa pandemi Covid-19 sesungguhnya sudah memasuki era perang biologi. Entah pandemi Covid 19 merupakan era perang biologi atau hanya sekadar fenomena alam, tetapi yang jelas Covid-19 telah memakan korban nyawa lebih dari 12 ribu jiwa di negeri ini per pertengahan Oktober 2020.

Jika demikian adanya, maka menjadi sangat penting dan krusial dalam mencermati pertempuran melawan virus Corona. Negara jelas tak main-main dalam perang melawan virus Corona, terbukti dengan memfungsikan RSDC Wisma Atlet Kemayoran.

Negara menerjunkan langsung TNI dalam perang melawan virus Corona di RSDC Wisma Atlet. Harus diakui, TNI masih menjadi institusi yang paling siap dalam menangani keadaan darurat seperti pandemi Covid-19 ini. TNI memiliki manajemen, logistik, dan personel yang bisa dimobilisasi dalam waktu cepat.

Tentu pertempuran TNI melawan virus Corona berbeda saat memerangi kelompok bersenjata. Pada keadaan ini, dibutuhkan panglima perang yang memahami betul seluk-beluk dunia kedokteran secara detail. Jiwa leadership sang panglima perang juga menjadi syarat mutlak, karena pertempuran melawan virus berbahaya melibatkan banyak pihak dalam sebuah sistem kesehatan yang harus sangat terorganisasi.

Panglima Perang TNI melawan Covid di RSDC Wisma Atlet adalah Mayor Jenderal TNI Dr. dr. Tugas Ratmono Sp.S, MARS, MH yang bertindak sebagai koordinator. Komandan lapangannya juga seorang perwira TNI, Letkol Laut drg. Muhammad Arifin Sp.Ort, M.Tr.Opsla.

TNI sejauh ini telah menerjunkan 359  personel kesehatan di RSDC Wisma Atlet yang terdiri dari 6 dokter spesialis, 18 dokter umum, 172 perawat, dan tenaga kesehatan lainnya. Jumlah personel TNI yang dilibatkan tentu lebih banyak jika memperhitungkan personel bagian logistik, pengamanan, dan bagian lainnya. Mereka berbaur dengan petugas lainnya yang dikirimkan Polri, Kementerian Kesehatan, IDI, dan para relawan.

Total personel dari berbagai instansi dan relawan yang bertugas di RSDC Wisma Atlet per 12 Oktober 2020 mencapai 2.571 orang. Dari jumlah ini, tenaga kesehatan paling banyak, mencapai 1.952 orang. Jumlah yang tidak kecil dan menjadi bentuk keseriusan negeri ini melenyapkan Covid-19.

Dari sisi pasien, sejak dioperasikan pada 23 Maret 2020, hingga berita ini ditulis, RSDC Wisma Atlet Kemayoran telah menerima 20.949 pasien Covid-19 yang menjalani rawat inap. Jumlah yang dinyatakan sembuh mencapai 19.182 orang, dan 7 meninggal dunia.

Penunjukkan Mayor Jenderal TNI Tugas Ratmono sebagai Koordinator RSDC Wisma Atlet tentu sudah memperhitungkan berbagai hal dalam pertempuran melawan virus Corona. Ia memiliki segudang pengalaman yang tak perlu diragukan. Mayjen TNI Tugas Ratmono kini masih menjabat sebagai Kepala Pusat Kesehatan TNI. Sebelumnya, ia bertugas sebagai Kepala Pusat Kesehatan TNI AD. Pengalaman tempur didapatnya saat bertugas di satuan Kostrad Batalyon Lintas Udara 431/K-SSP, Brigif 3, Kariango, Makassar.

Dalam tataran operasional pelayanan kesehatan rumah sakit, Mayjen TNI Tugas Ratmono sudah malang melintang bertugas di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto. Rumah sakit  yang berdiri sejak Oktober 1936 ini adalah rumah sakit rujukan tertinggi bagi rumah sakit TNI di seluruh penjuru nusantara. Di RSPAD, Mayjen TNI Dr. dr. Tugas Ratmono pernah menjabat sebagai Ketua Komite Medik. Dari sisi strategis dan intelektual, Mayjen TNI Tugas pernah menjabat Direktur Pembinaan dan Pengembangan (Dirbinbang) RSPAD Gatot Subroto. Pria asal Kebumen, Jawa Tengah, ini juga pernah bertugas sebagai Kepala Departemen Saraf.

Dari sisi akademis, Mayjen TNI Tugas meraih gelar dokter dari Fakultas Kedokteran UGM. Spesialis saraf diperolehnya dari Fakultas Kedokteran UI tahun 2002. Sedangkan gelar doktor disabet dari Paska Sarjana Universitas Hasanuddin tahun 2016. Gelar MARS (Magister Administrasi Rumah Sakit) diperolehnya dari Universitas Respati Indonesia tahun 2015. Mayjen Tugas Ratmono menyandang gelar Magister Hukum Paska Sarjana UPN Veteran Jakarta.

Prestasi mentereng juga dimiliki Letkol Laut drg. Muhammad Arifin Sp.Ort., M.Tr.Opsla yang kini dipercaya menjadi Komandan Lapangan RSDC Wisma Atlet Kemayoran. Komandan Batalyon Kesehatan I Marinir Cilandak ini sudah diterjunkan negara dalam penanggulangan Covid-19 saat virus ini mulai merebak di dunia.

Lulusan Fakultas Kedokteran Gigi Unpad ini terlibat langsung saat evakuasi 245 warga Indonesia dari Kota Wuhan, China, kota kali pertama Covid-19 mewabah yang menggegerkan dunia. Kemudian ia dilibatkan saat memindahkan 188 WNI ABK Kapal World Dream ke KRI Suharso di Kepulauan Riau dan mereka selanjutnya dikarantina di RS Corona Pulau Galang.

Pertempuran melawan virus Corona di RSDC Wisma Atlet sesungguhnya berlangsung sangat menegangkan, karena menyangkut keselamatan nyawa manusia mengingat potensi penyebaran virus Corona. Para tenaga kesehatan mesti menggunakan APD lengkap untuk memasuki tower 6 dan 7 yang menjadi tempat perawatan pasien Covid-19 dengan gejala sedang. Saat keluar dari tower 6 dan 7, mereka harus dipastikan tidak membawa virus Corona dengan serangkaian prosedur yang cukup rumit.

Namun, Mayjen TNI Tugas dengan segudang pengalamannya mampu menciptakan atmosfer penuh kegembiraan untuk mencairkan ketegangan seluruh petugas RSDC Wisma Atlet. Mayjen TNI Tugas tak bosan-bosannya berpesan pada petugas kesehatan untuk selalu gembira dan bahagia.

“Jika petugas gembira dan bahagia, pasien pun akan terdorong untuk gembira dan bahagia juga. Gembira dan bahagia penting di sini agar imunitas meningkat,” ujar Jenderal Bintang Dua yang dikenal memiliki pembawaan tenang ini.

Tentu tak mudah menerapkan manajemen kerja bagi 1.952 tenaga kesehatan di RSDC Wisma Atlet yang beroperasi penuh selama 24 jam. Shift kerja dirancang dengan cermat seperti kerja 6-8 jam dan istirahat 32 jam. Saat istirahat, para tenaga kesehatan bisa melakukan berbagai kegiatan yang menyenangkan seperti olahraga, nge-gym, atau bermain musik.

Dengan sistem yang dibangun cermat dalam memerangi virus Corona ini, hasilnya memuaskan. Hingga kini, RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, mencatat tidak ada petugas kesehatan yang menjadi korban meninggal alias zero kematian. Padahal, di berbagai rumah sakit di Indonesia lainnya di luar RSDC Wisma Atlet Kemayoran, berdasarkan data Ikatan Dokter Indonesia per 15 Oktober 2020, tercatat 136 dokter meninggal dunia terkait penanganan Covid-19.

Tentu ini menjadi kabar menggembirakan terkait penanganan Covid-19 yang berembus dari RSDC Wisma Atlet Kemayoran. Sebuah prestasi gemilang tim kesehatan yang dikoordinasi militer Indonesia dalam pertempuran melawan virus Corona di rumah sakit penanganan Covid-19 terbesar di dunia, RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat. Bravo TNI !!! (Rls/Sir)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here