Beranda Bekasi Raya Ini Penyebab Harga Beras Naik Lampaui HET

Ini Penyebab Harga Beras Naik Lampaui HET

Jakarta, Kilasbekasi.id – Harga beras masih menunjukkan tanda-tanda kenaikan. Harga beras bahkan mencapai rekor melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET) yang telah ditetapkan pemerintah sejak Maret 2023 lalu.

Data Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas) dalam rentang waktu sepekan menunjukkan, harga beras premium naik 0,37% menjadi Rp16.320 per kilogram (kg) dan harga beras medium naik 0,49% menjadi Rp14.290 per kg.

Harga beras premium dan medium tersebut jauh di atas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah untuk beras medium yaitu Rp10.900-Rp11.800 dan Rp13.900-Rp14.300 per kg untuk beras premium.

Berdasarkan Peraturan Badan Pangan Nasional No 7/2023, pemerintah menetapkan HET beras berkisar Rp10.900-Rp11.800 per kg medium dan Rp13.900-14.800 per kg premium, tergantung zona masing-masing.

Berikut rinciannya:

– Zona 1 meliputi Jawa, Lampung, Sumsel, Bali, NTB, dan Sulawesi, HET beras medium senilai Rp. 10.900/kg sedangkan beras premium Rp 13.900/kg

– Zona 2 meliputi Sumatra selain Lampung dan Sumsel, NTT, dan Kalimantan, HET beras medium sebesar Rp 11.500/kg dan beras premium Rp 14.400/kg

– Zona ke-3 meliputi Maluku dan Papua, HET beras medium sebesar Rp 11.800/kg, dan untuk beras premium sebesar Rp 14.800/kg.

Tak cuma harganya yang masih mahal. Kini, beras premium pun dikeluhkan mulai langka. Pembeli mulai dibatasi.

Penyebab Harga Beras Naik

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, kenaikan harga beras salah satunya disebabkan oleh fluktuasi harga pangan dunia. Selain itu, fluktuasi harga pangan dunia juga ditentukan oleh musim tanam dan musim panen.

“Tak hanya faktor harga pangan dunia, fluktuasi harga pangan juga ditentukan oleh musim tanam dan musim panen,” katanya saat meninjau ketersediaan beras di Ramayana Klender, Jakarta Timur, Senin (12/2/2024).

Sementara itu, Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi menjelaskan, naiknya harga beras tinggi saat ini dikarenakan adanya ketidaksesuaian antara permintaan dengan ketersediaan, alias faktor supply-demand.

Dipaparkan, sejak tahun 2023, Indonesia mengalami penurunan produksi di sentra-sentra produksi sampai 2,05% dari sebelumnya 31,54 juta ton di tahun 2022 menjadi 30,90 juta di tahun 2023.

Kondisi itu dipicu efek kemarau ekstrem akibat fenomena iklim El Nino. “BPS mengatakan memang produksi kita turun, sehingga supply dan demandnya tidak seimbang,” katanya dalam konferensi pers di Kantor Bulog, Selasa (13/2/2024).

“Ini yang membuat harga beras tinggi, yang bisa bikin harga beras turun adalah produksi dalam negeri,” tambah Bayu.

Lonjakan harga juga dipicu oleh naiknya harga gabah di tingkat petani, termasuk di sentra produksi. Harganya meroket hingga di atas HPP yang ditetapkan pemerintah. Akibatnya, lonjakan harga beras di konsumen tidak terhindarkan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here