Jakarta, Kilasbekasi.id – Jika sampai saat ini Anda masih berpikir bahwa penyakit jantung hanya pada orang lanjut usia, lebih baik Anda pikir kembali. Beberapa tahun belakangan ini, jumlah penderita penyakit jantung di kalangan muda usia mulai meningkat.
Data Kementerian Kesehatan RI tahun 2023 menunjukkan, salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia adalah penyakit jantung sebesar 14,38 persen. Sementara di dunia, penyakit jantung menyebabkan 16,17 persen kematian.
Sayangnya, masih banyak orang yang memercayai kalau penyakit jantung hanya dialami oleh orang lanjut usia. Padahal, banyak fakta menyebutkan bahwa penyakit jantung di kalangan muda usia di bawah 40 tahun sudah banyak terjadi.
Fakta tersebut terungkap dari data Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia yang menyebutkan bahwa tren penyakit jantung meningkat di semua kelompok umur, termasuk kalangan usia muda di bawah 40 tahun.
Hal yang lebih mencengangkan adalah prevalensi penyakit jantung pada usia muda di bawah 40 tahun mengalami peningkatan sebesar 2 persen setiap tahun selama periode 2000-2016. Kondisi ini jelas tidak bisa dianggap remeh, pasalnya banyak anak muda yang masih kurang aware dengan kesehatan jantung.
Dokter Spesialis Jantung Muhammad Yamin menjelaskan, secara umum penyebab penyakit jantung dibagi dalam dua kelompok umur, di bawah 40 tahun dan di atas 40 tahun. Serangan jantung pada usia di bawah 40 tahun, umumnya terjadi karena ada kelainan bawaan, listrik jantung atau kanal ion jantung, dan kelainan struktur organ jantung.
“Kalau listrik jantung yang paling sering adalah ion-ion yang mengatur kelistrikan jantung mengalami mutasi genetik yang mengakibatkan dengan pencetus tertentu seperti olahraga, berenang, atau karena kebisingan misalnya, ion itu bisa memicu irama jantung yang kacau yang bisa mengancam atau membuat denyut jantungnya berhenti,” kata Dokter Muhammad Yamin dalam acara “Meet With The Expert dengan tema Latest Innovations in Cardiovascular Treatment : What We Should Know”.
Serangan jantung juga bisa terjadi karena adanya kelainan struktur organ jantung yang dibawa sejak lahir sudah tebal karena adanya kelainan gen-gen yang mengatur otot jantung. Otot yang tebal tersebut berpotensi membuat kelistrikan jantung rusak. Kasus ini lazim ditemukan pada profesi atlet karena sering berlatih lebih keras dari biasanya. Otot yang awalnya sudah tebal menjadi lebih tebal.
Pada kelompok di atas 40 tahun, penyebab kematian mendadak yang paling sering terjadi adalah serangan jantung yang sering disebut penyakit jantung koroner. “Jadi tidak semua serangan jantung adalah henti jantung dan tidak semua henti jantung adalah serangan jantung. Jadi, serangan jantung bisa bisa bikin henti jantung, tetapi henti jantung belum tentu karena serangan jantung,” ucap Dokter Spesialis Jantung Brawijaya Healthcare ini.
Pada kesempatan yang sama, Dokter Bedah Toraks dan Kardiovaskular Sugisman mengungkapkan, tren penyakit jantung jantung koroner mulai menyerang kalangan usia muda. Berbeda dengan 10 tahun lalu yang didominasi oleh lansia, saat ini jumlah penyakit jantung koroner di usia muda terus mengalami peningkatan.
“Sekarang cenderung di usia 20 atau 30 tahun karena penyumbatan pembuluh darah koroner. Jadi jangan heran pada periode yang akan datang usia penderita jantung koroner akan makin muda. Mungkin karena lifestyle dan perubahan gaya hidup yang lebih senang makan junk food, fast food, dibandingkan dengan makanan-makanan sehat yang lain,” ungkapnya.
Bedah Toraks dan Kardiovaskular Brawijaya Healthcare ini menerangkan, penyakit jantung koroner bisa diterapi dengan dua cara, yaitu non-surgical dan surgical. Metode non-surgical dilakukan oleh kardiologis dengan melakukan intervensi melalui pemasangan ring atau stent jantung.
“Jika ada pasien dengan penyakit jantung koroner yang sudah tidak memungkinkan untuk pemasangan ring atau stent akibat jumlah sumbatan yang banyak, maka akan diarahkan dilakukan tindakan bypass koroner yang dilakukan oleh dokter spesialis bedah jantung,” terang dr. Sugisman.