Jakarta, kilasbekasi.id – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bekerja sama dengan NLR dan organisasi pemerhati kusta di Indonesia, membangun lingkungan masyarakat yang inklusif untuk mendukung pengurangan stigma dan diskriminasi pada pasien kusta dan Orang Yang Pernah Menderita Kusta (OYPMK).
Upaya ini juga dilakukan bersama dinas kesehatan kabupaten/kota. Salah satu upaya yang dilakukan adalah NLR mendorong lahirnya Desa Sahabat Kusta.
Desa Sahabat Kusta merupakan pendekatan yang melibatkan seluruh elemen di desa untuk mendukung penerimaan masyarakat pada pasien kusta dan OYPMK.
Direktur Operasional NLR di Indonesia Asken Sinaga mengatakan pihaknya berkomitmen meneruskan upaya penanggulangan kusta di Indonesia untuk mencapai 3 Zero (Zero Tranmission, Zero Disability, dan Zero Exclusion) melalui adaptasi organisasi terhadap dinamika yang ada di Indonesia.
NLR memberi perhatian pada kesejahteraan anak-anak penyandang disabilitas melalui pendampingan dan penguatan organisasi penyandang disabilitas. Harapannya, kata dia, melalui upaya-upaya itu akan tercipta masyarakat yang inklusif, yaitu masyarakat yang memungkinkan anak-anak, terutama penyandang disabilitas, dapat menjalani tumbuh kembangnya secara optimal dan hak-hak dasarnya terlindungi dan terpenuhi.
“Sejak beroperasi di Indonesia pada 1975, organisasi non-profit untuk penanganan kusta. NLR terus berkomitmen mendukung program pencegahan dan penanggulangan kusta di Indonesia. NLR memberi bantuan teknis untuk peningkatan kapasitas kepada para pengawas kusta tingkat kabupaten/kota dan para dokter kusta,” kata Asken di Gedung Kemenkes, Jakarta, Selasa (1/9/2020).
NLR juga melakukan inovasi dan riset dalam pencegahan transmisi kusta di beberapa wilayah di Indonesia. Saat ini, menurut dia, upaya pencegahan kusta dengan pemberian obat pencegahan dosis tunggal kepada kelompok masyarakat atau Kemoprofilaksis telah menjadi program nasional pencegahan kusta di Indonesia.
Upaya pencegahan transmisi kusta ini masih terus ditingkatkan dalam hal pencegahan penularan melalui partisipasi masyarakat dan kelompok potensial/berpengaruh dalam edukasi tentang kusta.
Hal itu melibatkan kemitraan multipihak dari Kementerian Kesehatan, dinas kesehatan, rumah sakit, universitas, dan organisasi profesi terkait. (Rls)