Jakarta, Kilasindo – Potensi ancaman masuk dan tersebarnya penyakit zoonotik makin meningkat akibat ramainya lalu lintas hewan, baik antar area di wilayah Tanah Air maupun yang masuk dan keluar dalam aktivitas perdagangan ekspor dan impor.
Penyakit zoonotik adalah penyakit yang ditularkan secara alamiah antara hewan vertebrae dan manusia. Penyakit zoonotik dapat ditularkan dari hewan hidup atau melalui perantara insekta, atau melalui produk hewan, baik yang dimakan dan diminum manusia, maupun produk yang tidak dimakan.
“Saat ini telah diketahui lebih dari 200 penyakit zoonotik di dunia. Untuk itu, pengawasan dan kepedulian harus kita tingkatkan,” kata Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani, Agus Sunanto, dalam keterangan tertulisnya menyambut Hari Zoonosis Dunia, Selasa (6/7/2020).
Saat ini, menurut Agus, pihaknya telah menerima pemberitahuan ‘re-emerging‘ terkait virus flu babi tipe baru yang disebut akan berpotensi memicu pandemi baru. Virus yang dinamakan reassortant Eurasian avian-like (EA) H1N1 genotype 4 (G4) atau virus flu babi G4 ini dilansir melalui publikasi ilmiah Amerika Serikat PNAS pada 29 Juni 2020.
Untuk itu, pengawasan terhadap penyebaran hewan, khususnya babi sekaligus melakukan monitoring dengan cermat dan ini harus dilaksanakan dengan segera.
Menurut dia, pihaknya telah mengeluarkan Surat Edaran Badan Karantina Pertanian Nomor B 3662-KR110/K.2/03.2020 pada tanggal 10 Maret 2020 tentang Mitigasi Risiko Virus African Swine Fever (ASF), Classical Swine Fever (CSF) dan Swine Flu (Influenza A). Dengan instruksi ini, maka setiap unit pelaksana teknis (UPT) di lingkup Barantan melakukan monitoring Influenza A pada babi yang dilalulintaskan di seluruh Indonesia.
Agus juga menyebutkan secara internal pihaknya melakukan bimbingan teknis laboratorium untuk seluruh unit kerja Karantina Pertanian dalam pengembangan uji Influenza A, Swine Flu H1N1 melalui unit pelaksana teknisnya di Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian.
Tingkatkan Kebersihan dan Bio Sekuriti
Secara terpisah, Kepala Barantan Ali Jamil menyebutkan adanya potensi ancaman penyebaran virus flu babi perlu kita sikapi dengan tepat.
Dia mengatakan mitigasi risiko, peningkatan biosekuriti, dan penguatan pengawasan di tempat-tempat pemasukan dan pengeluaran yang dilakukan pihak Karantina Pertanian juga harus dibarengi dengan peran serta masyarakat.
“Masyarakat diharapkan menangani makanan dengan bersih dan baik. Sementara untuk para peternak, diminta menerapkan cara biosekuriti yang tepat, antara lain, menjaga kebersihan kandang dan lalu lintas orang keluar-masuk ke kandang,” jelasnya.
Sesuai tugas perkarantinaan yang baru, menurut Jamil, saat ini satwa liar atau hewan yang dilindungi telah menjadi obyek pengawasan dan pengendalian.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang menyebutkan satwa liar merupakan sumber utama beberapa penyakit zoonotik yang saat ini menular, baik ke manusia maupun ke hewan domestik. Bahkan, penyakit-penyakit menular yang baru muncul pun (emerging) pada manusia dikategorikan penyakit zoonotik.
“Saya mengajak kepedulian dan kewaspadaan terhadap penyakit zoonotik dalam rangka mewujudkan keluarga, masyarakat, hewan dan lingkungan yang sehat. Pastikan saat melalulintaskan hewan, laporkan kepada karantina pertanian terdekat,” ajaknya. (Sir)