Kilasindo.com – Pasca Debat Kedua Capres 2019 antara Jokowi Vs Prabowo Subianto pada Minggu (17/2/2019) di Hotel Sultan, Jakarta, mempengaruhi tingkat elektabilitas atau popularitas kedua capres ini.
Pada debat capres tersebut, masyarakat memperhatikan setiap ungkapan, statemen, gaya taktis menjawab serta gaya menyerang Capres Jokowi dan Capres Prabowo Subianto.
Misalnya saja saat Capres 2019 Prabowo Subianto yang menyoal mengapa pemerintah masih mengimpor beras, padahal produksi di dalam negeri cukup.
Capres 2019 Jokowi menjawab, betul produksi beras Indonesia sebenarnya sudah surplus (kelebihan produksi) 3 juta ton lebih.
Bahwasanya masih mengimpor, kata Jokowi, tujuannya untuk stabilisasi harga beras, serta persediaan waspada bencana.
Baca juga: Debat Capres Kedua, Terdengar Suara Ledakan di Sekitar GBK
Jokowi bahkan menyebut, tahun 1984, ketika Presiden Soeharto mencapai sukses swasembada beras, saat itu produksi beras nasional 21 juta ton per tahun.
Kini di era pemerintahannya, produksi beras nasional 33 juta ton per tahun. Sementara tingkat konsumsinya sekitar 28-29 juta ton. Artinya produksi melebihi kebutuhan nasional.
“Lantas mengapa masih impor beras? Ya karena untuk stabilisasi harga, untuk persediaan waspada bencana,” tegas Jokowi.
Jika Terpilih, Prabowo Percepatan Strategi Sejahterakan Rakyat
Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto sempat memuji Capres nomor urut 01 Jokowi atas capaiannya di bidang infrastruktur. Hal ini dia sampaikan dalam debat Capres 2019, saat memaparkan visi dan misi.
Meski demikian, Prabowo memastikan dirinya akan mempercepat pembangunan ketimbang Jokowi jika dirinya terpilih sebagai presiden.
“Saya tawarkan strategi yang lebih cepat membawa kemakmuran dan keadilan Indonesia,” kata Prabowo.
Baca juga: 25 Tahun Berkarya, Metland Gelar Fun Run dan Catatkan Rekor MURI
Meski mengapresiasi, namun Prabowo menilai kinerja pemerintah kurang efisien. Banyak infrastruktur yang dikerjakan dengan tanpa pertimbangan lebih jauh dan grasak-grusuk.
Prabowo mengatakan, tiga masalah utama yang menjadi tolok ukur keberhasilan suatu negara adalah pangan, energi, dan air.
Jika berhasil memenuhi tiga unsur tersebut, maka bisa disebut negara yang berhasil. Ia mengatakan, konstituen di lapangan banyak mengeluhkan soal harga pangan yang bergejolak.
“Kami akan menjamin pangan tersedia dalam harga yang terjangkau untuk seluruh rakyat,” kata Prabowo.
Selain itu, Prabowo juga memperhatikan kesejahteraan para pelaku industri pangan mulai dari petani, nelayan, hingga produsen dengan memastikan imbal hasil yang didapat.
Hal lain yang disorot Prabowo adalah, tingginya tarif listrik saat ini. Ia menjanjikan harga listrik akan turun jika menjabat presiden.
“Kami akan turunkan harga listrik, harga makanan pokok, dan menyiapkan pupuk berapa pun yang dibutuhkan kami akan siapkan sampai petani,” kata Prabowo.
Baca juga: Diduga Meninggal karena DBD, Sang Ibu Elus Makam Anaknya
Penilaian Pengamat
Capres Prabowo Subianto dinilai hampir tidak memiliki ide baru jika dirinya terpilih dalam debat kedua Pilpres 2019. Hal ini dikatakan Analisis Sosial Politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun.
Menurutnya, Prabowo hanya memaparkan sedikit saja inovasi kebijakan jika ia memimpin.
“Sedikit saja yang muncul dari Prabowo, yaitu menyelamatkan lingkungan hidup akan dipisah antara menteri kehutanan dan menteri lingkungan hidup,” kata Ubedilah, Senin (19/2/2019).
Saat debat, Prabowo menilai dua bidang tersebut memiliki fungsi yang berbeda, sehingga tidak dapat disatukan seperti sekarang.
“Saya akan pisahkan. Menteri kehutanan kok dijadikan satu dengan lingkungan hidup?” ujar Prabowo.
Menurut Prabowo, kementerian bidang lingkungan hidup seharusnya mengawasi kementerian kehutanan. Dengan demikian, pengawasan terkait pelanggaran izin di bidang kehutanan dapat diawasi dengan ketat.
Baca juga: Ribuan Anggota Forum Yogya Rembug Deklarasikan Pemilu Damai
Ide baru Prabowo lainnya, lanjut Ubedilah, adalah dirinya yang akan membuat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang khusus menangani perikanan dan kelautan.
Dia menjelaskan, ide-ide yang disampaikan Prabowo masih terlalu sedikit, padahal dalam debat tadi malam dia memiliki sisa waktu yang cukup untuk menyampaikan gagasannya.
“Prabowo tampak terlalu santai dan kurang memanfaatkan waktu dengan baik. Bahkan, ada dua kali kesempatan untuk Prabowo yang tidak dimanfaatkan waktunya dengan baik tetapi mengatakan cukup,” terang Ubedilah.
Sementara, lanjut Ubedilah, Prabowo juga memiliki kelemahan dalam debat kedua dengan tidak menghadirkan pertanyaan yang tajam terkait energi, pangan, sumber daya alam (SDA), infrastruktur, dan lingkungan hidup.
Baca juga: Jalan Kalimalang Rusak, Pemkot Bekasi: Itu Pengelola Tol Becakayu
Survei Elektabilitas Jokowi Vs Prabowo Pasca Debat Kedua Capres
Berikut ini tingkat elektabilitas Capres 2019 Jokowi Vs Prabowo Subianto setelah Debat Kedua Capres 2019 Jokowi Vs Prabowo berakhir Minggu malam 17 Februari 2019.
Survei elektabilitas/popularitas Capres 2019 ini dikutip dari survei media sosial yang digelar PoliticaWave.com.
Data berdasar arus obrolan di media sosial soal performa Capres 2019 Jokowi Vs Prabowo Subianto saat adu gagasan dan adu wacana, serta ide dan solusi.
Dikutip data PoliticaWave hingga tertanggal 17 Februari 2019 malam:
Trend of Awareness
Jokowi-Amin: 355.104
Prabowo-Sandi: 325.133
Elektabilitas Kandidat
Jokowi-Amin: 677,511
Prabowo-Sandi: 613.415
Share of Awareness
Jokowi-Amin: 1.286.533 (57,7 %)
Prabowo-Sandi: 1.023.087
Share of Citizen
Jokowi Amin: 198.403 (59,1 %)
Prabowo-Sandi: 137.423 (40,9 %)