Kilasindo.com – Tim Kampanye Nasional Jokowi-Maruf mengakui hasil analisis PARA Syndicate tentang penyebab menurunnya tren elektabilitas Jokowi-Maruf.
PARA Syndicate sebelumnya menyebut turunnya elektabilitas Jokowi-Maruf karena pasangan capres-cawapres nomor urut 01 itu dan tim suksesnya sibuk bermain di genderang lawan.
“Kami sangat sibuk dalam mengklarifikasi berbagai macam gimmick yang biasa dilakukan tim lawan. Mengklarifikasi fitnah dan hoaks tepatnya,” kata Wakil Sekretaris Tim Kampanye Nasional Jokowi-Maruf, Raja Juli Antoni , Minggu (16/12/2018).
Baca juga: Stadion BMW Akan Dibangun pada Januari-Februari 2019
Dia menjelaskan, pihak lawan dan timsesnya sering melontarkan isu-isu yang dianggapnya tidak benar. Contohnya, isu mengenai kenaikan harga-harga bahan pokok.
Untuk itu, tim sukses Jokowi-Maruf mengklarifikasinya agar masyarakat tidak termakan isu itu. Raja mengatakan, hasil analisis PARA Syndicate akan menjadi masukan bagi TKN Jokowi-Maruf dalam menyusun strategi ke depan.
Selain itu, koordinasi antara tim Jokowi dan tim Maruf Amin juga akan ditingkatkan lagi. “Pada intinya, ini adalah masukan baik yang akan dipergunakan untuk perbaikan ke depan,” ujarnya.
“Kami akan rumuskan cara-cara yang lebih efektif untuk meyakinkan pemilih bahwa Pak Jokowi masih menjadi pemimpin terbaik di negeri ini,” tegasnya.
Baca juga: Kandidat Ketum KNPI, Haris Pertama Janji Dukung Jokowi-Maruf
Sebelumnya, Direktur Eksekutif PARA Syndicate Ari Nurcahyo menilai, menurunnya tren elektabilitas Jokowi-Maruf karena retorika kampanye yang diperlihatkan pasangan nomor urut 01 itu beserta tim suksesnya yang cenderung reaktif terhadap isu yang dilempar pesaingnya.
“Dinamika kampanye cenderung reaktif dan responsif, dan nampak sekali bahwa timses, bahkan Pak Jokowi sendiri sempat hanyut pada genderang yang dimainkan lawan,” ungkap Ari saat merilis hasil perhitungan tersebut di kantor PARA Syndicate, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (14/12/2018).
Menurut dia, hal itu tercermin dari istilah politisi “sontoloyo” dan politik “genderuwo”, yang sempat dilontarkan Jokowi. Ari berpendapat, kesibukan menangkal isu dari lawannya membuat topik mengenai rencana pembangunan Indonesia lima tahun ke depan terabaikan.
Program Nawacita II dinilai Ari belum digemakan. Faktor lain yang berpengaruh terhadap menurunnya tren elektabilitas adalah strategi kubu Jokowi-Maruf yang disebutkan Ari bersifat monoton dan linear.
Kemudian, peran Maruf sebagai cawapres belum signifikan untuk mendulang suara. Menurut Ari, pembagian peran untuk menarik suara belum terlihat. Kesimpulan itu setelah PARA Syndicate menganalisis hasil survei 12 lembaga.