Beranda Wisata Pantai Ngobaran, Surga Tersembunyi di Bumi Yogyakarta

Pantai Ngobaran, Surga Tersembunyi di Bumi Yogyakarta

Pantai Ngobaran di Desa Kanigoro, Saptosari, Gunung Kidul, Yogyakarta.

Yogyakarta, kilasbekasi.id – Provinsi Yogyakarta yang tak habis-habisnya ‘menelurkan’ destinasi-destinasi wisata baru yang tak boleh dilewatkan. Apalagi Gunung Kidul yang merupakan salah satu kabupaten yang terkenal tentang keindahan pantainya. Bahkan, pesona pantainya tidak kalah cantik jika dibandingkan dengan Pantai Kuta atau Tanah Lot di Bali.

Contohnya, Pantai Ngobaran di Desa Kanigoro, Saptosari, Gunung Kidul. Pantai ini terhitung masih sangat sepi jika dibandingan dengan Pantai Prangtritis. Namun, Pantai Ngobaran punya keunikan sendiri, karena ada berbagai macam tempat peribadatan di sana. Di tepi laut pengunjung dapat melihat masjid yang bersebelahan dengan pura yang menghadap ke laut. Ada juga beberapa arca yang berfungsi untuk tempat upacara keagamaan tertentu.

Lokasi Pantai Ngobaran dapat mudah ditemukan, karena terdapat papan petunjuk arah. Namun, untuk sampai ke lokasi, jalanannya agak menanjak, sempit, dan berkelok-kelok. Jika dari arah Jalan Jogja-Wonosari, tepatnya di pertigaan Gading, segera ambil jalan ke selatan arah Playen, lalu ikuti jalan hingga ke pertigaan pasar Paliyan.

Setelah itu, belok kiri baru kemudian tidak jauh dari sana kembali belok ke kanan. Dari sana akan ditemukan papan penunjuk arah ke Pantai Ngobaran. Lama perjalanan dari pusat kota Jogja kurang lebih 2 jam.

Pantai Ngobaran menjadi unik karena di pantai ini terdapat bangunan pemujaan layaknya pura dan candi dengan patung-patung para dewa. Konon, bangunan-bangunan ini didirikan oleh keturunan Prabu Brawijaya V. Bangunan yang paling jelas terlihat adalah tempat ibadah berbentuk pura dengan patung-patung dewa berwarna putih. Tempat peribadatan itu didirikan tahun 2003 untuk memperingati kehadiran Brawijaya V, salah satu keturunan Raja Majapahit, di Ngobaran.

Di puncak bukit karang yang berada di sekitar pantai terdapat kotak batu. Lokasinya berada di depan rumah Joglo yang dikelilingi pagar kayu abu-abu. Kabarnya, kotak batu tersebut merupakan tempat Prabu Brawijaya V membakar diri, karena enggan di-Islam-kan.

Menurut cerita masyarakat setempat, Prabu Brawijaya V merupakan keturunan terakhir Kerajaan Majapahit. Prabu Brawijaya V melarikan diri dari istana bersama dua orang istrinya, yaitu Bondang Surati (istri pertama) dan Dewi Lowati (istri kedua). Mereka kabur dari istana, karena enggan di-Islam-kan oleh puteranya, Raden Fatah yang juga Raja Demak I.

Dari peristiwa tersebutlah nama pantai ini berasal. Dinamakan Ngobaran yang berasal dari kata kobaran, yang artinya terbakar atau membakar diri.

Jika ingin mendapatkan pengalaman yang berbeda, traveler dapat berkunjung ketika menjelang Hari Raya Nyepi. Sebab, pada momen itu penganut agama Hindu sering melakukan upacara Galungan setiap bulan purnama dan upacara Melastri yang merupakan rangkaian upacara Nyepi. Tidak hanya penganut agama Hindu, penganut aliran kejawen (aliran kepercayaan peninggalan Prabu Brawijaya V) setiap malam Selasa dan Jumat pun mengadakan ritual di tempat ini.

Mungkin itu alasan mengapa ketika memasuki kawasan Pantai Ngobaran, pengunjung akan disambut suasana mistis yang berpadu dengan suara ombak yang menerpa tebing-tebing batu karang.

Tidak hanya legenda dan tempat-tempat peribadatan. Jika ingin menikmati pemandangan laut dari sudut yang berbeda, pengunjung dapat mendaki bukit yang letaknya tidak jauh dari candi.

Dari puncak bukit ini, mata akan disuguhkan pemandangan Pantai Ngobaran yang lebih luas. Lantaran pantai ini merupakan pantai selatan, tidak disarankan untuk berenang. Namun, jika ingin bermain-main saja dengan pasirnya yang putih, boleh-boleh saja. Apalagi pasir putih Pantai Ngobaran begitu menggoda. (Yunanta didik Matofana)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here