Beranda News Perjuangan Penderita Thalasemia yang Pantang Menyerah

Perjuangan Penderita Thalasemia yang Pantang Menyerah

Thalasemia

Reporter: Mutiara Arvani dan Sandra Romano

Kilasindo.com – Ketika sedang sakit, umumnya orang sulit untuk tetap berpikir positif. Dalam kondisi ini orang akan lebih cenderung merasa putus asa. Hal seperti inilah yang dialami M Riduwan (23 tahun) yang sehari-hari bekerja sebagai ojek online (ojol).

Riduwan mengalami penyakit yang disebut Thalasemia. Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang disebabkan oleh kurangnya produksi hemoglobin (sel darah merah) yang diakibatkan terjadinya gangguan dalam proses pembentukan rantai sel darah karena kerusakan gen dalam tubuh.

Saat seseorang mengalami Thalasemia, dia tidak memiliki sel darah yang cukup sehat untuk mengangkut oksigen dan zat makanan ke seluruh bagian tubuh. Karena, dia membutuhkan tambahan darah dengan cara transfusi darah yang akan membantunya untuk tetap sehat.

Baca juga: Duh, Pasien DBD di Kota Depok Capai 187 Orang

Transfusi yang dilakukan bisa bersifat terus-menerus atau sewaktu-waktu, tergantung dari jenis Thalasemia yang dialami.

“Dari situ saya harus menjalankan terapi transfusi darah seumur hidup, karena penyakit ini belum ada obatnya selain transfusi darah. Transfusi darah dilakukan dua minggu sekali,” kata Wawan, sapaan akrab Riduwan.

Baca juga: 6 Hal Ini yang Bikin Ahok BTP Pilih Nikahi Bripda Puput

Meski Wawan telah menderita penyakit ini sejak berusia tiga bulan, namun dia tidak pernah mengalami putus asa. Dia tetap menjalani kehidupannya layaknya seperti orang pada umumnya.

“Saya menjalani kehidupan seperti biasa dengan menjadi driver ojek online untuk mencukupi kebutuhan,” ujar pria yang sudah dua tahun menjadi driver ojek online.

Menurutnya, sakit bukanlah alasan untuk bermalas-malasan dalam mencari uang, namun dia menyadari bahwa dengan kondisi kesehatannya saat ini yang mengharuskan dirinya untuk tidak terlalu kelelahan.

“Kita harus berbaur sama sekitar, jangan minder. Yang penting dibawa happy aja,” cetus pria yang tinggal di Gambir, Jakarta Pusat.

1 KOMENTAR

  1. narasinya ckp komunikatif meskipun artikelnya relatif pendek. Satire ttg kehidupan wong cilik harus selalu menjadi perhatian kita semua sebagai bangsa yg terkenal berbudi luhur, ramah & suka menolong.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here