Beranda Figur Menjadi Dokter Spesialis Anak karena Menyukai Anak-anak

Menjadi Dokter Spesialis Anak karena Menyukai Anak-anak

Dr. dr. Jo Edy Siswanto, SpA (K). (Foto: Nurhadi)

Bekasi, kilasbekasi.id – Senang terhadap anak-anak adalah salah satu alasan bagi Dr.dr.Jo Edy Siswanto, SpA(K), Spesialis Anak dan Konsultan Neonatologi Rumah Sakit Royal Taruma tertarik menjadi dokter spesialis anak. “Anak-anak itu polos dan jujur,” ucap Jo.

Motivasinya bergelut di dunia kedokteran adalah karena latar belakang sang ayah yang juga bekerja dalam lingkar dunia kesehatan.Selain itu, yang terpenting bagi pria kelahiran Jakarta, 15 November 1964 tersebut adalah tantangan untuk maju dalam dunia neonatologi, yaitu subspesialisasi ilmu pediatri yang memberi berbagai alternatif terapi medis bagi bayi prematur atau bayi baru lahir yang sakit.

“Bagi saya dunia kedokteran bukan hanya sekadar memberikan pelayanan, tetapi juga harus mau berkutat dengan pendidikan, dan penelitian,”  kata lulusan Dokter S3 Epidemiologi di FKM UI.

Perjalanan Karir

Dia pun menceritakan perjalanan karirnya sejak masih kuliah hingga saat ini. Jo kuliah di FKUI pada tahun 1983 dan lulus tahun 1989. Setelah lulus, dia pun ikut wajib kerja sarjana ke daerah selama tiga tahun. Lokasi pertama tempatnya bertugas adalah Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan bekerja di RSUD Waingapu selama beberapa bulan. Lalu dipindahkan ke Kecamatan Lewa sebagai Kepala PUSKESMAS. Setelah tiga tahun bertugas di daerah, kemudian pada tahun 1993, Jo melanjutkan pendidikan Ilmu Kesehatan Anak di FK Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, dan lulus sebagai dokter spesialis anak pada 1997. Kemudian ia ditugaskan oleh Departemen Kesehatan ke daerah Kabupaten Dompu, Sumbawa selama empat bulan.

“Selanjutnya saya diminta untuk bertugas ke daerah Kab. Berau, Kalimantan Timur untuk wajib kerja  sarjana kedua dan bertugas selama dua tahun,” terangnya. Sepulangnya dari Kaltim, yaitu akhir tahun 1999, Jo kemudian bekerja di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita, salah satu rumah sakit rujukan besar di Jakarta. Selama bertugas di sana, ia mendapat kesempatan memperdalam ilmu neonatologi pada tahun 2003 di UMCG/AZG Groningen, Groningen, Netherland.

Dia sendiri bergabung ke Rumah Sakit Royal Taruma pada tahun 2011. Jo mengatakan, keuntungannya bekerja di RS Royal Taruma adalah karena dekatnya akses menuju rumah sakit dengan rumahnya yang ada dibilangan Jakarta Barat, sehingga mudah meng-handle pasien-pasien dengan segera.“ Jadi, saya dapat menghemat waktu dan tenaga dengan menimbang kondisi macet di Jakarta,” ujarnya.

Kemajuan Dunia Kedokteran

Jo mengatakan, ilmu kedokteran di Indonesia saat ini sudah semakin maju dengan banyak berdirinya rumah sakit pendidikan di berbagai pulau besar, seperti di Jakarta, Bandung, Semarang, Yogjakarta, Denpasar, Medan, Banjarmasin, Menado sampai Makassar serta Papua. “Semua pusat pendidikan maju karena didukung dengan sumber daya teknologi terkini,” kata pria yang suka lari kecil di pagi hari.

Dunia Kedokteran bagi Jo bukan hanya profesi pelayanan, tetapi juga berbagi Ilmu dalam bidang pendidikan, dan penelitian. Pelayanan neonatologi sangat erat dan berperan langsung dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian. Dia berharap dapat turut berpartisipasi mendukung program pemerintah dalam menekan angka kematian bayi. Karena menurutnya, angka kematian bayi dan ibu merupakan salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat dan bangsa.

Pendidikan, yaitu melatih para dokter spesialis anak, dokter umum, perawat dan bidan sebagai perpanjangan tangan untuk mencapai tujuan besar tersebut. Dalam bidang penelitian, dia mempunyai motto “ACTION KILLS FEAR”,  hal ini telah membawa dirinya berkolaborasi dengan para ahli dari ber-bagai negara Belanda, Kualalumpur, Jepang, Belgia, US, SEARO-WHO dll dan mendapat kesempatan mempresentasikan hasil kerjanya di pentas Pediatri dunia, dalam hal pengembangan diri di bidang Neonatologi khususnya ROP (Retinopathy of Prematurity) dan Birth Defects (Kelainan Bawaan Lahir).

Berbagai prestasi pun telah diraihnya sejak di bangku kuliah. Jo pernah menjadi salah satu finalis mahasiswa teladan FKUI. Setelah lulus kedokteran, dia juga menjadi dokter teladan nasional dari Provinsi NTT, dokter spesialis anak pertama di Kabupaten Berau, Kaltim, serta beberapa penghargaan lainnya dari Kemenkes RI. Saat ini Jo terlibat aktif sebagai Ketua BIDIC (Birth Defects Integrated Centre) dan menduduki posisi wakil ketua di Forum Koordinasi Surveilans Kelainan Bawaan Nasional berbasis RS.

Meski aktivitasnya yang begitu padat, Jo tetap menyediakan waktu untuk bersama keluarga tercinta. Dia kerap mengusahakan waktu menemani anak-anaknya ketika sarapan pagi dan berdoa malam sebelum tidur. Hari Minggu adalah hari khususnya berkumpul dengan keluarga. Menurut Jo, jangan hilangkan kesempatan, luangkan waktu bersama mereka (walaupun sesulit dan sesedikit sekali waktu kita), karena era dan masa tak akan berhenti, dan banyak hal terkadang tiada pernah kita duga. If you want your children to turn out well, spend twice as much time with them and half as much money.(*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here